Jumat, 01 Mei 2009

Suster Ngesot Gentayangan

Produksi : Multivison
Produser: Raam Punjabi
Sutradara: Nanang Istiabudi
Cerita : Herry B. Arrisa
Durasi : 87 menit
Pada tahun 1980 an, seorang suster tewas di bunuh setelah diperkosa oleh laki2 penjaga kamar mayat yang bernama Suwito. Sebelum suster-suster itu diperkosa dan dibunuh, kakinya dipotong lalu dikubur di suatu tempat. Konon, sudah 7 wanita tewas oleh laki-laki yang sakit jiwa ini, semuanya dikubur jadi satu kuburan dan ditanami pohon pisang. Uniknya, hingga kini pohon pisang itu masih ada dan menjadi tempat angker. Akting penjaga kamar mayat ini diperankan oleh Darto, kesannya agak sedikit dibuat-buat. Namun ia terlihat benar-benar seperti orang yang tidak waras akal sehatnya dan begitu kejam, penuh nafsu dan ambisi. Suster ngesot nya diperankan oleh Irene Anastasia yang telah cukup baik membuat bulu kuduk penonton bergetar karena terkejut. Karakter hantu ini antara lain sama seperti arwah penasaran lainnya yang penuh dendam, penasaran, dan suka menakut-nakuti makhluk lain.
Sekitar 20 tahun kemudian, ada 2 pasangan ABG berpacaran di sekitar pohon pisang angker tempat dikuburnya 7 suster itu. Erlangga yang sedang berpacaran dengan Vio tidak dapat mengendalikan diri dan melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh mereka yang belum menikah di tempat angker itu. Peran Erlangga ini dibawakan oleh Mario yang meski bukan actor terkenal telah berusaha dengan baik menjiwai peran Mario yang digambarkan sebagai anak muda yang tidak mampu mengendalikan diri, penakut, tidak setia kawan, dan tidak percaya kepada Tuhan. Peran Vio dibawakan oleh Sinta Della dengan cukup penjiwaan terutama pada saat ia dikejar-kejar arwah terlihat keberaniannya bahkan ia mampu mengejar penjaga makam yang psikopat itu. Namun karakter Vio sebagai anak muda terutama sebagai seorang perempuan, ia tidak mampu menolak godaan akan kenikmatan duniawi seperti apa yang ia lakukan bersama pacarnya di bawah pohon pisang itu.
Lain halnya dengan Resi dan Aditya yang juga sedang di mabuk asmara, saat itu Resi buang air di sebuah nisan tanpa permisi dahulu. Karena kelalaian mereka inilah arwah-arwah suster itu bangkit menghantui mereka. Resi yang diperankan oleh Sintha Putri dengan cukup baik meski ia bukan merupakan seorang aktris yang dikenal public. Ia diperankan dalam karakter anak SMA yang ceroboh dan penuh ingin tahu. Sedangkan Aditya diperankan oleh Arie Dwi Andika sebagai seorang anak SMA yang tergoda kenikmatan sesaat, tidak percaya Tuhan, dan cukup setia kawan dan berani.
Di film ini kita dapat menyaksikan kejadian2 aneh yang dialami oleh kedua2 pasangan tersebut. Dimulai pada Resi, dimana ketika dia masuk ke dapur Aditya, dia tiba-tiba masuk ke hutan dimana tempat kuburan para suster tersebut. Kemudian Vio juga mulai menghilang, setelah itu Erlangga dan Aditya mulai cemas dan mencoba mencari mereka. Namun mereka malah diganggu para arwah gentayangan. Ternyata Vio dan Resi tersesat dan dipermainkan di kuburan itu dalam wujud rumah sakit yang suram dan seram. Vio dikutuk hingga perutnya membesar dan Resi dikutuk hingga dadanya membesar .
Akhirnya mereka dapat pulang. Resi diceritakan telah meninggal, sementara Vio, Anggga, dan Aditya pergi ke dukun. Di sana, mereka bertiga diminta membongkar kuburan para suster dan menguburkannya secara layak. Di tengah perjalanan ke makam itu Vio hilang, sedangkan Aditya dan Angga bertengkar sendiri, karena ketakutan untuk membongkar dan mengubur tengkorak para suster. Pada saat dikuburkan, Aditya dibunuh oleh suster sedangkan Angga melarikan diri. Ketika dalam perjalanan melarikan diri, arwah Resi dan Aditya membunuh Angga. Vio bebas dari kutukan dan akhirnya dia kembali ke kehidupannya dengan tenang.
Film yang disutradarai Nanang Istiadi ini bukan satu-satunya film horor Indonesia yang rame-rame di release pada tahun 2007. Tak heran dengan penggunaan akting-akting muda dan cerita horor yang sudah banyak beredar di masyarakat ini belum mendapat sambutan yang cukup baik. Akting para artis muda yang sudah berusaha dengan cukup baik tetap saja kurang meyakinkan di mata penonton. Belum ada akting yang menonjol, aktingnya masih datar, ekspresi yang terlihat kebanyakan hanya sekedar ketakutan, kebingungan, akting para pemain ini belum total dan masih terkesan dibuat-buat.
Film ini mengambil setting di tempat yang terkesan angker yaitu sebuah hutan, rumah sakit, kuburan, rumah dukun, juga di rumah karakter Aditya dan Erlangga. Sangat disayangkan perpindahan tempat di film yang beralur maju ini kurang begitu jelas. Seperti pada saat Vio didapur ia tiba-tiba tersesat di hutan lalu di rumah sakit yang angker. Secara umum suasana dalam film ini begitu mencekam, menegangkan, menyeramkan. Terkadang juga terjebak di dalam suasana sunyi dan mencekam atau didalam kegembiraan sesaat seperti saat perjalanan pulang dari hutan. Waktu pengambilan setting film ini di tahun 2007 dan kebanyakan pada waktu gelap, meski ada juga yang mengambil waktu siang, tetap kesannya menyeramkan.
Bahasa yang dipakai di dalam film ini adalah bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Karena para pemeran yang berperan sebagai anak SMA di Jakarta, sering pula terdengar logat elo-guwe yang begitu mendarah daging. Musik yang dipakai kebanyakan hanya musik-musik yang menimbulkan bulu kuduk berdiri, teriakan-teriakan, musik horor dan menegangkan mewarnai sepanjang cerita. Kostum-kostum yang ada pun simpel, hanya pakaian sehari-hari, pakaian anak SMA, pakaian penjaga rumah sakit yang serba putih. Kostum yang agak aneh adalah pakaian suster ngesot yang hanya selembar kain kafan putih dengan rambut yang tertutup wig acak-acak an dan wajah yang penuh dengan bedak putih yang sebenarnya kurang meyakinkan penonton dan kurang membuat kesan seram.
Unsur budaya yang ada adalah kepercayaan adanya hantu, arwah suster ngesot. Selain itu dengan penggunaan dukun untuk mengatasi masalah hantu, arwah, masalah yang terbukti tak bisa menyelesaikan masalah. Ada juga penggunaan pohon pisang untuk menandai tempat yang angker. Unsur budaya yang digunakan begitu berbau mistis dan bertujuan untuk mendukung jalannya cerita horor ini.
Tidak ada film yang dibuat tanpa pesan yang disampaikan kepada penonton, demikian pula pada film Suster Ngesot Gentayangan ini. Kita sebagai penonton diajarkan untuk bersikap hati-hati, tidak ceroboh, tidak bertindak sembarangan di tempat yang asing apalagi tempat-tempat angker. Selain itu sebagai siswi SMA, perempuan khususnya, kita harus menjaga kekudusan tubuh kita sebelum pernikahan. Kita harus mampu mengendalikan nafsu dan membedakan antara nafsu dan cinta. Sedangkan bercermin dari pembunuh psikopat di dalam film ini tentu saja kita diingatkan untuk menghargai nyawa orang lain, dapat menjaga akal sehat dan nafsu kita agar tidak menguasai hidup kita dan dapet menjadikan hidup kita bagai neraka. Selain itu kita diajar untuk hidup percaya dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kesimpulannya film ini adalah film horor yang dapat dilihat untuk menambah referensi kita akan hal-hal magis bahkan dapat menghibur bagi kita dan juga aman bagi mereka yang penakut. Meski tidak begitu memuaskan, ide cerita film ini cukup unik mengabungkan antara sedikit unsur film thriller dengan film horor yang menyajikan background hutan dan rumah sakit yang telah dikenal awam sebagi tempat angker. Film ini juga memunculkan wajah-wajah baru yang cukup muda dan segar untuk mewarnai dunia perfilman nasional. Mengangkat cerita yang ada di masyarakat sebagai sebuah film yang memacu adrenalin penonton.
Meski begitu, alangkah lebih baik apabila alurnya dibuat lebih jelas urutannya sehingga penonton lebih dapat mengerti dan memahami isi cerita. Selain itu pun untuk lebih menghasilkan unsur seram, sebaiknya kita lebih memperhatikan kerasionalan cerita dan kerasionalan akting dan tindakan pemain bereaksi terhadap kejutan-kejutan dan peristiwa yang dialami.
Namun demikian, film ini tetap layak untuk ditonton sebagai hasil karya anak bangsa kita. Tentu saja di dalam menghadapi film ini sebagai umat beriman tidak perlu takut dan gentar terhadap arwah-arwah yang ada. Film ini cukup untuk menjadi referensi dan hiburan akan dunia perfilman kita.

3 komentar: